Jumat, 15 April 2016

Asal Usul White Shoes di Cikini

Musik & film yg membuahkan karya gambar pun nada jadi dua aspek yg tidak dapat dipisahkan. Tapi Sayang, tak seluruhnya tersangka seni mempunyai niat buat menggabungkan ke-2 hal itu. 

Padahal bakal teramat menarik seandainya ada film yg berkisah berkenaan musik. 

Pilihan Redaksi 
Music at Newsroom : White Shoes, Indra Ameng & David Tarigan 
Indische Party : dari Cikini ke Abbey Road 
'Kenapa Aku Jatuh Cinta Terhadap Pulau Weh' 
Factor mirip disepakati oleh Indra Ameng, manajer White Shoes And The Couples Company (WSATC). 

Dirinya merasa tidak sedikit band-band di Indonesia yg mempunyai video dokumentasi tampilan mereka namun cuma mogok di dalam harddisk. 

"Semua cuma disimpan. Apabila disiarkan paling cuma hingga Youtube. Belum sempat ada video dokumentasi yg dijahit jadi narasi terencana," kata Ameng ketika fasilitas gathering Film Musik Makan terhadap CNNIndonesia.com terhadap akhir bln dulu. 

Berawal dari kegelisahan itu, Ameng dgn personel WSATC & seniman sekaligus personel Goodnight Electric, Hendry Foundation, mau menciptakan film dokumenter dari video dokumentasi WSATC. 

Film dokumenter itu dapat berkisah tentang perkembangan karir WSATC sejak 2002 dulu. 

"Film ini ingin ceritain macam mana WSATC lahir di Cikini. Mereka punyai narasi & interaksi yg teristimewa sama universitas Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Ya, mampu sampe seperti ini kan pun lantaran nongkrong & ketemunya di Cikini," papar Ameng yg pula produser dalam film dokumenter WSATC itu. 

Ameng mengaku awalnya cuma mau mendokumentasikan konser WSATC yg digelar di Cikini kepada Agustus 2015. 

Dirinya mempunyai anggapan bahwa teramat sayang kalau dokumentasi itu bernasib sama bersama dokumentasi lain yg cuma berhenti dalam harddisk. 

Hasilnya mereka memutuskan menciptakan film yg disutradarai oleh Henry. 

Laki-laki yg serta lulusan IKJ ini pula mau menciptakan karya visual tersebut dikarenakan film dokumenter berkaitan musik teramat jarang dibuat sineas Indonesia. 

"Sekitar zaman 70-an, 80-an, & 90-an kita tak sempat tahu dokumenter musik seperti apa. terbaru ada pun th 2000-an & itu pula sedikit," papar Ameng. daftar harga hdd internal

Beliau melanjutkan bahwa produksi film ini tak mengeluarkan budget terlampaui tidak sedikit. 

WSATC bekerja sama bersama komune seni kontemporer Ruru Corps & komune audio visual Digilive sewaktu syuting. 

"Ya, diluar itu film ini serta dibantu bersama lingkaran pertemanank kami di Cikini. Sebab kawan menjadi aman lah," kata Ameng sambil tertawa. 
Uniknya, hingga sekarang personel WSATC belum ada yg menonton isikan film dokumenter yg tetap dalam proses paska produksi itu. Ameng berharap film ini serta jadi kejutan bagi para personel WSATC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar